Thursday, 13 December 2012

MANUSIA DAN KEINDAHAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG MASALAH
Keindahan alam arti luas merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani dulu yang didalamnya tercakup pula kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah, kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara juga tentang buah pikiran yang indah dan adap kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga mengenal keindahan dalam arti estetis yang disebutnya “symetria” untuk keindahan berdasarkan penglihatan dan harmonia untuk keindahan berdasarkan pendengaran. Jadi pengertian keindahan seluas-luasnya meliputi :
keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual. Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilai estetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketidakbenarannya.

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah:.
1.      Apa pengertian manusia dan keindahan?
2.      Sejauh mana hubungan manusia dan keindahan?
3.      Bagaimana cara manusia untuk mengetahui suatu keindahan?






BAB II
PEMBAHASAN

A.     DEFINISI MANUSIA DAN KEINDAHAN
Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya.
Pengalaman “keindahan” sering melibatkan penafsiran beberapa entitas yang seimbang dan selaras dengan alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketenteraman emosional. Karena ini adalah pengalaman subyektif, sering dikatakan bahwabeauty is in the eye of the beholder atau “keindahan itu berada pada mata yang melihatnya.”
Kata benda Yunani klasik untuk “keindahan ” adalah κάλλος, kallos, dan kata sifat untuk “indah” itu καλός, kalos. Kata bahasa Yunani Koine untuk indah itu ὡραῖος,hōraios, kata sifat etimologis berasal dari kata ὥρα, hora, yang berarti “jam.” Dalam bahasa Yunani Koine, keindahan demikian dikaitkan dengan “berada di jam (waktu) yang sepatutnya.”
Sebuah buah yang matang (pada waktunya) dianggap indah, sedangkan seorang wanita muda mencoba untuk tampil lebih tua atau seorang wanita tua mencoba untuk tampil lebih muda tidak akan dianggap cantik. Dalam bahasa Yunani Attic, hōraios memiliki banyak makna, termasuk “muda” dan “usia matang.”
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagaiHomo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Manusia setiap waktu memperindah diri, pakaian, rumah, kendaraan dan sebagainya agar segalanya tampak mempesona dan menyenangkan bagi yang melihatnya. Semua ini menunjukkan betapa manusia sangat gandrung dan mencintai keindahan. Seolah-olah keindahan termasuk konsumsi vital bagi indera manusia. Tampaknya kerelaan orang mengeluarkan dana yang relatif banyak untuk keindahan dan menguras tenaga serta harta untuk menikmatinya, seperti bertamasya ke tempat yang jauh bahkan berbahaya, hal ini semakin mengesankan betapa besar fungsi dan arti keindahan bagi seseorang. Agaknya semakin tinggi pengetahuan, kian besar perhatian dan minat untuk menghargai keindahan dan juga semakin selektif untuk menilai dan apa yang harus dikeluarkan untuk menghargainya, dan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi orang yang dapat menghayati keindahan.
Sebenarnya sulit bagi kita untuk menyatakan apakah keindahan itu. Keindahan itu suatu konsep abstrak yang tidak dapat dinikmati karena tidak jelas. Keindahan itu baru jelas jika telah dihubungkan dengan sesuatu yang berwujud atau suatu karya. Dengan kata lain keindahan itu baru dapat dinikmati jika dihubungkan dengan suatu bentuk. Dengan bentuk itu keindahan dapat berkomunikasi. Jadi, sulit bagi kita jika berbicara mengenai keindahan, tetapi jelas bagi kita jika berbicara mengenai sesuatu yang indah. Keindahan hanya sebuah konsep, yang baru berkomunikasi setelah mempunyai bentuk, misalnya lukisan, pemandangan alam, tubuh yang molek, film, nyanyian.
Kebudayaan diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan pokok hidupnya, terutama kebutuhan hidup fisiknya. Setelah kebutuhan pokok dapat dipenuhi, manusia menciptakan kesenian yang merupakan salah satu kebutuhan psikisnya yang tercukupi melalui rasa keindahan (seni : rasa indah).
Keindahan berasal dari kata indah yang berarti bagus, cantik, elok dan molek.Keindahan identik dengan kebenaran segala yang indah itu selalu mengandung kebenaran. Walaupun kelihatanya indah tapi tidak mengandung kebenaran maka hal itu pada prinsipnya tidak indah.
Keindahan yang bersifat universal, yaitu keindahan yang tak terikat oleh selera perorangan, waktu, tempat atau daerah tertentu. Ia bersipat menyeluruh. Segala sesuatu yang mempunyai sifat indah antara lain segala hasil seni, pemandangan alam, manusia dengan segala anggota tubuhnya dan lain sebagainya. Dalam bahasa Latin, keindahan diterjemahkan dari kata “bellum” Akar katanya adalah “benum” yang berarti kebaikan. Dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan kata “beatiful”, Prancis “beao” sedangkan Italy dan Spanyol ”beloo”.
Dalam arti luas meliputi keindahan hasil seni, alam, moral dan intelektual. Dan dalam arti estetik mencangkup pengalaman estetik seseorang dalam hubunganya dengan hubunganya dengan segala sesuatu yang diserapnya. Sedangkan dalam arti terbatas keindahan sangat berkaitan dengan keindahan bentuk dan warna.
Sesungguhnya keindahan itu memang merupakan suatu persoalan filsafati yang jawabannya beraneka ragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang ada pada semua benda yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah kwalita pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kwalita yang paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan perlawanan (contrast).

B.     HUBUNGAN MANUSIA DAN KEINDAHAN
Manusia dan keindahan memang tak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya manjadi bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan dan mudah-mudahan terlepas dari unsur politik. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi, sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dimanapun kapan pun dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
Keindahan identik dengan kebenaran. Keindahan merupakan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar. Sudah tentu kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni. Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang diungkapkan.
Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman  keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. keindahan tersebut pada dasarnya adalah almiah. Alam itu ciptaan Tuhan. Alamiah itu adalah wajar tidak berlebihan dan tidak kurang. Konsep keindahan itu sendiri sangatlah abstrak ia identik dengan kebenaran. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang  selalu bertambah,  sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik. Orang yang mempunyai konsep keindahan adalah orang yang mampu berimajinasi, rajin dan kreatif dalam menghubungkan benda satu dengan yang lainya. Dengan kata lain imajinasi merupakan proses menghubungkan suatu benda dengan benda lain sebagai objek imajinasi. Demikian pula kata indah diterapkan untuk persatuan orang-orang yang beriman, para nabi, orang yang menghargai kebenaran dalam agama, kata dan perbuatan serta orang –orang yang saleh merupakan persahabatan yang paling indah.
Jadi keindahan mempunyai dimensi interaksi yang sangat luas baik hubungan manusia dengan benda, manusia dengan manusia, manusia dengan Tuhan, dan bagi orang itu sendiri yang melakukan interaksi. Pengungkapan keindahan dalam karya seni didasari oleh motivasi tertentu dan dengan tujuan tertentu pula. Motivasi itu dapat berupa pengalaman atau kenyataan mengenai penderitaan hidup manusia, mengenai kemerosotan moral, mengenai perubahan nilai-nilai dalam masyarakat, mengenai keagungan Tuhan, dan banyak lagi lainnya. Tujuannya tentu saja dilihat dari segi nilai kehidupan manusia, martabat manusia, kegunaan bagi manusia secara kodrati.
Ada beberapa alasan mengapa manusia menciptakan keindahan, yaitu sebagai berikut:
1)      Tata nilai yang telah usang
Tata nilai yang terjelma dalam adat istiadat ada yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan, sehingga dirasakan sebagai hambatan yang merugikan dan mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, misalnya kawin paksa, pingitan, derajad wanita lebih rendah dari derajad laki-laki. Tata nilai semacam ini dipandang sebagai mengurangi nilai moral kehidupan masyarakat, sehingga dikatakan tidak indah.
2)      Kemerosotan Zaman
Keadaan yang merendahkan derajad dan nilai kemanusiaan ditandai dengan kemerosotan moral. Kemerosotan moral dapat diketahui dari tingkah laku dan perbuatan manusia yang bejad terutama dari segi kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual ini dipenuhinya tanpa menghiraukan ketentuan-ketentuan hukum agama, dan moral masyarakat. Yang demikian itu dikatakan tidak baik, yang tidak baik itu tidak indah. Yang tidak indah itu harus disingkirkan melalui protes yang antara lain diungkapkan dalam karya seni.
3)      Penderitaan Manusia
Banyak faktor yang membuat manusia itu menderita. Tetapi yang paling menentukan ialah faktor manusia itu sendiri. Manusialah yang membuat orang menderita sebagai akibat nafsu ingin berkuasa, serakah, tidak berhati-hati dan sebagainya. Keadaan demikian ini tidak mempunyai daya tarik dan tidak menyenangkan, karena nilai kemanusiaan telah diabaikan, dan dikatakan tidak indah. Yang tidak indah itu harus dilenyapkan karena tidak bermanfaat bagi kemanusiaan.
4)      Keagungan Tuhan
Keagungan Tuhan dapat dibuktikan melalui keindahan alam dan keteraturan alam semesta serta kejadian-kejadian alam. Keindahan alam merupakan keindahan mutlak ciptaan Tuhan. Manusia hanya dapat meniru saja keindahan ciptaan Tuhan itu. Seindah-indah tiruan terhadap ciptaan Tuhan, tidak akan menyamai keindahan ciptaan Tuhan itu sendiri. Kecantikan seorang wanita ciptaan Tuhan membuat kagum seniman Leonardo da Vinci. Karena itu ia berusaha meniru ciptaan Tuhan dengan melukis Monalisa sebagai wanita cantik. Lukisan monalisa sangat terkenal karena menarik dan tidak membosankan.

C.     CARA-CARA UNTUK MENGETAHUI SUATU KEINDAHAN
1.      Renungan
Renungan berasal dari kata renunag, merenung artinya dengan diam-diam memikirkan sesuatu, atau memikirkan sesuatu dengan dalam-dalam. Renungan adalah hasil merenung.
Setiap orang pernah merenung. Sudah tentu kadar renungannya satu sarna lain berbeda, meskipun obyek yang direnungkan sama, lebih pula apabila obyek renungannya berbeda. Jadi apa yang direnungkan itu bergantung kepada obyek dan subyek.
2.      Keserasian
Keserasian berasal dari kata serasi-serasi dari kata dasar rasi artinya cocok, sesuai, atau kena benar. Kata cocok sesuai atau kena mengandung unsur pengertian perpaduan, ukuran dan seimbang.
Keserasian identik dengan keindahan. Sesuatu yang serasi tentu tampak indah dan yang tidak serasi tidak indah. Karena itu sebagian ahli pikir berpendapat, bahwa keindahan ialah sejumlah kualita pokok tertentu yang terdapat pada suatuhal.
3.      Kehalusan
Kehalusan berasal dari kata halus artinya tidak kasar (perbuatan) lembut, sopan, baik (budi bahasa), beradab. Kehalusan berarti sifat-sifat yang halus.
Halus itu berarti suatu sikap manusia dalam pergaulan baik dalam masyarakat kecil maupun dalam masyarakat luas. Sudah tentu sebagai lawannya ialah sikap kasar atau sikap orang-orang yang sedang emosi, bersikap sombong, bersikap kaku sikap orang yang sedang bermusuhan. Oleh karena itu kehalusan dapat menunjukan nilai keindahan seseorang dan sikap kasar bisa mengurangi nilai keindahan dari seseorang.


4. kontemplasi
Suatu proses bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari nilai-nilai makna, manfaat, dan tujuan, atau niat hasil penciptaan. Disamping itu seni menurut waetaknya akan berpadu dengan keindahan karena itu menurut logika deduktiv dapat dikatakan bahwa keindahan dalam seni juuga harus di kontemplasikan. Keesimpulan ini mengandung dua saran :
a.       bahwa untuk dapat menciptakan keindahan dalam hasil karya seni teerlebih dahulu harus ditempuh proses kontemplasi.
b.      keindahan yang berpadu dalam hasil cipta seni harus dikontemplasikan untuk menemukan rahasia dan nilai-nilai dibalik keindahan formalnya.







BAB III
KESIMPULAN

Keindahan pada dasarnya adalah alamiah. Alam itu ciptaan tuhan. Ini berarti bahwa keindahan itu ciptan tuhan. Keindahan menyangkut kualita hakiki dari segala benda yang mengandung kesatuan (unity), keselarasan (harmony), kesetangkupan(symetri), keseimbangan (balance), dan pertentangan(contrast). Dari cirri-ciri itu diambil kesimpulan,bahwa keindahan tersusun dari keselarasan dan pertentangan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata.Adapun definisi manusia adalah sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos,
  Manusia menikmati keindahan berarti manusia mempunyai pengalaman keindahan. Pengalaman  keindahan biasanya bersifat terlihat (visual) atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua bidang tersebut. Batas keindahan akan behenti pada pada sesuatu yang indah dan bukan pada keindahan itu sendiri. Keindahan mempunyai daya tarik yang  selalu bertambah,  sedangkan yang tidak ada unsur keindahanya tidak mempunyai daya tarik.
Adapun cara untuk mengetahui suatu keindahan itu sangat bersifat objektif Keindahan merupakan suatu persoalan filsafati yang jawabannya beraneka ragam.

DAFTAR PUSTAKA


Suprapto W., 2004, Ilmu Budaya Dasar, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Prasetya, Joko Tri,. dkk, 2004, ilmu Budaya Dasar, PT Asdi Mahasatya, Jakarta.

Mustopo, M.Habib,. Ilmu budaya dasar, 1983, usaha nasional Surabaya, Surabaya.



BIOLUMINISCENCE


BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Pengertian Bluminescence

            Bioluminiscence adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia tertentu. Hingga saat ini, Bioluminiscence telah ditemukan secara alami pada berbagai macam makhluk hidup seperti cendawan, bakteri, dan organisme di perairan, namun tidak ditemukan pada tanaman berbunga, hewan vertebrata terestrial, amfibi, dan mamalia. Sebagian besar plankton memiliki kemampuan menghasilkan pendaran, terutama plankton yang hidup di perairan laut dalam. Pada mikroba, Bioluminiscence yang dihasilkan belum diketahui manfaatnya, sedangkan pada hewan umumnya digunakan sebagai sinyal kawin, predasi, dan perlindungan terhadap pemangsa. Banyak bakteri yang dapat menghasilkan Bioluminiscence, umumnya diketahui kemudian bahwa seluruh bakteri tersebut tergolong ke dalam bakteri gram negatif, motil, memiliki morfologi batang, dan bersifat aerob atau anaerob fakultatif.
II. 2. Sejarah Bioluminescence
Tulisan tertua tentang Bioluminiscence dibuat 2500 tahun yang lalu oleh Aristoteles dalam bukunya yang berjudul "Tentang Warna". [1] Aristoteles menyebutkan bahwa ada sesuatu yang secara alami seperti bagian kepala ikan dan tinta dari sotong yang dapat menghasilkan cahaya atau pendaran. Pada tahun 1887, Raphaël Dubois berhasil mengisolasi lusiferin (substrat untuk reaksi Bioluminiscence) dan enzim lusiferase (ketalis) dari piddock, sejenis remis laut. Temuan tersebut dipopulerkan dan dilanjutkan oleh Edmund Newton Harvey yang menyatakan bahwa senyawa lusiferin dan lusiferase yang ditemukan pada berbagai spesies makhluk hidup tidak dapat ditukar.
Pada tahun 1967, Robert Boyle, seorang ilmuwan dari Inggris mempublikasikan penelitiannya tentang reaksi Bioluminiscence pada fungi yang memerlukan udara. Laporan berikutnya menyebutkan bahwa oksigen merupakan komponen udara yang berperan dalam reaksi tersebut. Penelitian tentang Bioluminiscence berkembang pesat setelah Osamu Shimomura, seorang ahli biologi kelautan dan kimia organik, berhasil meneliti tentang protein yang bertanggungjawab dalam menghasilkan luminesensi pada spesies ubur-ubur Aequorea victoria yang disebut dengan aequorin. Protein tersebut akan berikatan dengan ion kalsium dan menghasilkan cahaya biru yang diserap oleh protein berpendar hijau ubur-ubur. Pada tahun 1985, aequorin berhasil dikloning ke dalam makhluk hidup lainnya dan sejak itu aplikasi Bioluminiscence mulai banyak diteliti.

II. 3. Fungsi Bioluminescence

·         Pertahanan


Setiap makhluk hidup yang mampu menghasilkan luminesensi untuk tujuan atau fungsi yang berbeda-beda. Sebagian makhluk hidup memanfaatkannya untuk pertahanan diri, seperti yang dilakukan kelompok dinoflagelata, ubur-ubur, dan beberapa jenis cumi-cumi yang berpendar untuk mengejutkan predator yang mendekatinya sehingga memberikan kesempatan kepadanya untuk melarikan diri dari predator. Beberapa jenis dekapoda, sefalopoda, dan ikan menggunakan pendaran untuk melakukan kamuflase dalam menghindari predator. Mekanisme pertahanan seperti ini disebut dengan penyamaran dengan sinar (kontrailuminasi) yang membuat suatu makhluk hidup tidak terlihat atau tersamarkan di antara sinar lain di lingkungan perairan. Pada spesies bintang ular laut, cacing laut, dan organisme Bioluminiscence di daratan, mereka memiliki mekanisme pertahanan yang disebut aposematisme, yaitu menghasilkan pendaran untuk menandakan bahwa makhluk tersebut memiliki toksik (beracun) atau tidak enak dimakan sehingga predator akan menghindarinya.
Pendaran pada larva kunang-kunang juga merupakan salah satu bentuk aposematisme yang melindunginya dari predator karena akan dikenali sebagai makanan yang tidak enak atau tidak menguntungkan.Beberapa organisme di laut takut untuk memakan zooplankton karena sebagian besar zooplankton memiliki pendaran yang tetap dapat terlihat saat mereka berada di dalam perut pemangsanya. Akibatnya organisme yang memakan zooplankton tampak berpendar dan ini membuatnya mudah dikenali dan diburu oleh predator yang lebih tinggi tingkatannya. Fenomena ini terlihat pada peristiwa dinoflagelata yang menjadi makanan udang misid. Udang tersebut akan tampak berluminesensi karena di dalam tubuhnya terdapat dinoflagelata berpendar sehingga ikan Porichthys notatus dapat lebih mudah memburu dan memakan udang itu.

 Predasi

Selain sebagai mekanisme pertahanan, Bioluminiscence pada makhluk hidup juga banyak dimanfaatkan untuk memburu mangsa (predasi), di antaranya adalah ikan angel dan hiuIsistius brasiliensis yang menggunakan luminesensi untuk menarik mangsa mendekat.
Hiu I. brasiliensis memiliki bagian bawah rahang yang berpendar dan tampak seperti siluet yang dihasilkan dari penyamaran dengan sinar, akibatnya cumi dan ikan akan mendekat karena mengira siluet tersebut merupakan penyamaran dari mangsa mereka. Setelah cumi atau ikan mendekati rahangnya, akan lebih mudah untuk hiu ini dalam menangkap makanannya. . Hal serupa juga dilakukan oleh paus sperma (Physeter macrocephalus) yang secara intensif menghasilkan pendaran saat berburu mangsa di perairan laut dalam yang gelap. Mangsa yang berupa cumi-cumi akan datang mendekati bagian mulut paus sperma yang berpendar dan saat itulah paus ini menangkap mangsanya.

  II. 4. Reaksi Bioluminiscence
   Secara umum, reaksi Bioluminiscence melibatkan enzim lusiferase dan substrat lusiferin yang strukturnya dapat berbeda antara organisme yang satu dengan lainnya.  Berikut ini adalah beberapa jenis lusiferin yang telah diketahui mekanisme dan strukturnya.

Bakteri
             
  Reaksi yang terjadi bersifat spesifik dan dan merupakan oksidasi senyawa riboflavin fosfat (FMNH2) (lusiferin bakteri) serta rantai panjang aldehida lemak hingga menghasilkan emisi cahaya hijau-biru yang dikatalisis oleh enzim lusiferase.  Luciferase adalah suatu enzim heterodimer berukuran 77 kDa yang terdiri dari dua subunit, yaitu subunit alfa (α) dan subunit beta (β) Subunit α (~40 kDa) disandikan oleh gen luxA, sedangkan subunit β (~37 kDa) disandikan oleh gen luxB.  Selain luciferase, masih terdapat beberapa enzim lain yang terlibat dalam keseluruhan reaksi ini dan ekspresi enzim-enzim tersebut diatur oleh suatu operon yang disebut operon lux.
           
   Selain protein-protein yang disandikan oleh operon lux, masih terdapat 4 protein lain yang memengaruhi reaksi Bioluminiscence, yaitu lumazine, protein fluoresensi kuning, flavin reduktase, dan aldehida dehidrogenase.  Lumazine yang ditemukan pada Photobacteriumdan Vibrio berfungsi memperpendek panjang gelombang yang dihasilkan dari emisi cahaya (<490 nm), sedangkan protein fluoresensi kuning berfungsi mengubah panjang gelombang cahaya menjadi 540 nm pada V. fischeri sehingga cahaya yang diemisikan mengalami perubahan warna.  Flavin reduktase dapat mengkatalisis reduksi FMN menjadi FMNH2sehingga substrat tersedia terus-menerus karena diregenerasi.  Yang terakhir adalah enzim aldehida dehidrogenase yang berperan dalam degradasi senyawa aldehida.
·         Ostracod

Substrat lusiferin pada ostracod (sejenis udang-udangan) berhasil dikristalisasi dan dikarakterisasi pertama kali pada tahun 1957.  Lusiferin jenis ini banyak terdapat pada genus Cypridina dan Vargula, serta beberapa jenis ikan.  Para peneliti menyatakan bahwa lusiferin ostracod disintesis dari asam amino triptofan, arginin, dan isoleusin namun jalur metabolisme pembuatannya masih belum diketahui.  Diperkirakan bahwa mekanisme reaksi luminesensi pada beberapa ikan tergantung dari makanannya.  Beberapa jenis ikan dapat berhenti berpendar apabila kekurangan makanan.

II. 5. Aplikasi Bioluminiscence

Adanya penemuan tentang Bioluminiscence telah dimanfaatkan manusia di dalam berbagai bidang, salah satunya adalah bidang medis. Di bidang tersebut Bioluminiscence dimanfaatkan untuk mendeteksi keberadaan sel kanker dalam tubuh secara lebih cepat melalui suatu teknologi baru yang disebut bioluminescence imaging (BLI).  Dengan BLI, ukuran dan lokasi sel kanker dalam tubuh dapat diketahui sehingga tindakan perawatan yang tepat dapat ditentukan.  Temuan ini juga dapat mempermudah riset mengenai perawatan atau obat kanker yang efektif dapat mengatasi penyakit tersebut karena perkembangan sel tumor dapat dipantau dengan lebih mudah. Selain itu, Bioluminiscence juga telah dimanfaatkan sebagai gen pelapor untuk melihat perkembangan atau ploriferasi sel punca manusia.  Penggunaan Bioluminiscence sebagai gen pelapor juga telah diaplikasikan pada tanaman transgenik hasil rekayasa genetika. Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah penggunaan gen dari kunang-kunang pada tanaman tembakau transgenik yang diinfeksi dengan Agrobacterium tumefaciens untuk mengamati ekspresi dari gen yang dimasukkan ke tanaman tembakau tersebut.  Dalam bidang ekologi, mikroorganisme penghasil luminesensi juga dapat digunakan untuk pembuatan biosensor untuk mendeteksi keberadaan polutan atau kontaminan tertentu di lingkungan.  Salah satu contoh yang telah diaplikasikan adalah pembuatan biosensor untuk deteksi senyawa ekotoksik organotin.  Dalam industri makanan, Bioluminiscence yang memanfaakan penggunaan ATP juga telah dimanfaatkan untuk mendeteksi mikroba patogen yang terkandung di dalam makanan.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Bioluminiscence
                       
http://nira15.blogspot.com/2012/07/Bioluminiscence-wikipedia.html 

ORDO ANGUILLIFORMES

ORDO ANGUILLIFORMES

Ordo Anguilliformes adalah kelompok ikan yang memiliki tubuh berbentuk menyerupai ular. Ikan ini masuk dalam Ordo Anguilliformes, yang terdiri atas 4 subordo, 19 famili, 110 genera, dan 400 spesies. Kebanyakan hidup di laut namun ada pula yang hidup di air tawar.

Klasifikasi Ilmiah:

Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Anguilloidei
Family             : Anguilloidei
             Nemichthyoidei
                          Congroidei
                          Synaphobranchoidei

ANGUILLIDAE

Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Anguilloidei
Family             : Aguillidae

Ciri morfologi:
1.      Bentuknya panjang, lurus dengan sirip punggung yang panjang dan menyatu dengan sirip ekor dan kemudian bersambung dengan sirip dubur (anal fin).
2.       Umumnya ikan betina lebih besar daripada ikan jantan.
3.      Bersipat predator dan merupakan ikan ekonomis penting.
4.      Ikan dewasa kebanyakan hidup di air tawar tetapi kembali ke laut untuk memijah.
5.      Memiliki bentuk kepala lancip dan bulat, sedangkan ikan sidat ini mempunyai bentuk kepala segitiga, badan berbintik-bintik, dan ekor yang mirip ekor lele.
Biologi:
 Semua menghabiskan hidup mereka remaja dan dewasa di air tawar, kembali ke laut untuk bertelur dan mati. Larva leptocephalus yaitu ekosistem perairan laut dengan ekor tajam menunjuk yang membedakan keluarga dari elopids.


Contoh salah satu spesies:

Anguilla anguilla

*Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Anguilloidei
Family             : Aguillidae
Spesies            : Anguilla anguilla

* Ukuran / Berat / umur:
Panjang maksimal : 50.0 cm jantan / 133 cm (betina), panjang umum: 35.0 cm jantan / panjang yang umum: 50 cm (betina);  Berat maksimal : 6.599 g;  Berat maksimum : 2,850.0 g; umur maksimal: 88 tahun.
* Lingkungan
Laut, air tawar, payau, demersal; catadromous
* Distribusi:
Samudera Atlantik: pantai Atlantik dari Skandinavia ke Maroko, Baltik, Laut Hitam dan Mediterania, sungai-sungai Atlantik Utara, Baltik dan laut Mediterania. Perkenalan berkelanjutan untuk Asia dan Amerika Selatan dan Tengah. Pemijahan daerah di Atlantik barat (Laut Sargasso). Setidaknya satu negara melaporkan dampak ekologis yang merugikan setelah pengenalan. Studi terbaru menunjukkan bahwa DNA genomik belut Eropa menunjukkan isolasi oleh jarak, menyiratkan bahwa non-random kawin dan aliran gen terbatas di kalangan belut dari lokasi yang berbeda ada. Keberadaan 3 genetika berbeda sub-populasi disarankan: subpopulasi Eropa Utara (terutama terdiri dari saham Islandia), sebuah subpopulasi Eropa Barat (termasuk Baltik, Laut Mediterania dan Hitam), sebuah populasi sub-Selatan (termasuk saham Maroko).

*Ciri Morfologi:
Memanjang, anterior tubuh anguilliform silinder, agak dikompresi posterior. Rahang bawah sedikit lebih panjang dan memproyeksikan. Gill kecil dan vertikal bukaan, terbatas ke samping. Memanjang punggung dan sirip dubur, konfluen dengan sirip ekor, membentuk satu sirip yang unik dari anus ke tengah belakang dengan minimal 500 sinar lembut. Sirip punggung asal jauh di belakang sirip dada, sirip anal sedikit di belakang anus, baik kembali dari asal sirip punggung. Sirip perut absen. Greenbrown berwarna.

*Biologi
Mendiami semua jenis habitat bentik dari aliran ke tepi sungai besar dan danau. Tentu hanya ditemukan di badan air yang terhubung ke laut. Spesies teritorial dan soliter, 'sekolah' belut muda yang diamati dari waktu ke waktu adalah respon massa kondisi luar dan bukan dari aktif perakitan. Amphihaline. Berpindah ke kedalaman Laut Sargasso untuk bertelur. Eel larva (leptocephali) yang transparan seperti pita. Mereka dibawa ke pantai-pantai Eropa oleh Gulf Stream dalam waktu 7 sampai 11 bulan dan dapat bertahan hingga 3 tahun. Mereka berubah menjadi belut kaca (6-8 cm panjang, silinder dalam bentuk dan transparan untuk sedikit berpigmen dalam warna). Mereka memasuki muara dan menjajah sungai dan danau, beberapa orang tetap berada di muara dan perairan pesisir untuk tumbuh menjadi dewasa. Tahap belut kaca diikuti oleh masa menyusui yang lama (dari kuning ke tahap belut perak) berlangsung 6-12 tahun pada laki-laki dan 9-20 tahun pada wanita. Belut kuning dan perak yang bentik, ditemukan di bawah batu, terkubur dalam lumpur atau di celah-celah. Belut kuning akhirnya kehilangan pigmentasi mereka, menjadi bagian punggung gelap dan silver bagian perut (disebut silver belut). Belut perak juga ditandai dengan garis yang jelas lateral yang kontras hitam dan mata membesar. Pada akhir periode pertumbuhan mereka, mereka menjadi matang secara seksual, bermigrasi ke laut dan menutupi jarak besar selama migrasi pemijahan mereka (5,000-6,000 km), dengan luas migrasi vertikal harian antara 200 m pada malam hari dan 600 m selama siang hari, mungkin untuk menghindari predator. Gametogenesis terjadi sekali selama migrasi pemijahan. Rentang hidup rata-rata biasanya 15-20 tahun. Pria belut dapat tumbuh hingga 50 cm TL. Terjadi pada suhu berkisar 0-30 ° C. Makanan meliputi hampir seluruh fauna air (air tawar serta kelautan) yang terjadi di daerah belut itu, ditambah dengan binatang yang hidup keluar dari air, misalnya cacing. Suhu terbaik untuk membuat belut seksual dewasa adalah 20-25 ° C. Sensitif terhadap medan magnet yang lemah. Lemak tinggi konten mereka dan kebiasaan makan bentik di perairan benua membuat mereka rentan terhadap bioakumulasi polutan, seperti logam berat dan kontaminan organik, yang dapat mengakibatkan kerusakan organ dan kemampuan migrasi gangguan dan menurunkan variabilitas genetik. Ulasan informasi mendukung pandangan bahwa populasi belut Eropa secara keseluruhan telah menurun di sebagian besar wilayah, saham berada di luar batas biologis yang aman dan perikanan saat ini tidak berkelanjutan. Jelas penurunan saham untuk semua wilayah distribusi benua asli. Dimanfaatkan segar, kering atau asin, asap dan beku, bisa digoreng, direbus dan dipanggang.


CHLOPSIDAE

 Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Anguilloidei
Family             : Chlopsidae

Chlopsidae, atau morays palsu, adalah keluarga belut ditemukan di terumbu karang di seluruh dunia. Seperti namanya, mereka agak menyerupai moray belut dalam penampilan. Namun, mereka lebih kecil dari morays benar, mulai dari 11 cm (4.3 in) menjadi 42 sentimeter (17 in) panjang.

Distribusi:
Atlantik, Hindia dan Pasifik. Tropis dan subtropis. Bukaan insang kecil, bundar dan terletak lateral. Kepala pori-pori dengan garis lateral, tidak ada pada tubuh. Branchial pori-pori 1 atau 2. Scaleless. Beberapa tanpa sirip dada. Lubang hidung pembukaan posterior ke bibir di Kaupichthys nuchalis dari Atlantik Barat, jika tidak, lubang hidung dipindahkan bagian perut. Vertebra sering 100-105.


 Kaupichthys nuchalis

*Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Anguilloidei
Family             : Aguillidae
Spesies            : Kaupichthys nuchalis

*Size
Max length: 16.0 cm TL jantan /

*Lingkungan: Kelautan, terumbu-terkait

*Iklim / Rentang : Tropis

*distribusi
Western Atlantic: Texas, Amerika Serikat dan Bahama ke Antillen dan utara Amerika Selatan. Northwestern Teluk Meksiko ke Karibia.

*Ciri morfologi:
Cukup ramping belut, dengan band pucat di sekitar kepala di belakang mata

*Biologi
Sebuah spesies benthik dan soliter (Ref. 26340) yang terjadi di dalam dan sekitar terumbu karang. Kadang-kadang tinggal di spons tubular, dan menyarankan bahwa ini adalah habitat utama

NEMICHTHYIDAE

Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Nemichthyoidei
Family             : Nemichthyidae


Distribusi:
Atlantik, Hindia, dan Pasifik. Batipelagis dan mesopelagic.
Morfologi:
Jaws sangat panjang, rahang bawah lebih pendek dari bagian atas membuat rahang nonocclusible, dengan pengecualian males. Very matang memanjang tubuh. Sirip dada hadir. Sirip punggung dan dubur menyatu dengan sirip ekor. Besar mata. Preoperkulum kurang. Frontals sebagian bersatu dalam beberapa. Lengkapi gurat sisi. Anus jarak pendek di belakang sirip dada (Avocettina) atau di bawah sirip dada. Vertebra 170-220 di Labrichthys nd Avocettina ke lebih dari 750 di Nemichthys. Laki-laki dewasa secara seksual mengalami perubahan yang berbeda, seperti pemendekan radikal rahang dan gigi.

Spesies dari Nemichthyidae


*Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Actinopterygii
Ordo                : Anguilliformes
Sub Ordo        : Nemichthyoidei
Family             : Nemichthyidae
Spesies            : Avocettina infans
*Size / Weight / umur
Max length: 74.5 cm TL jantan /;

*Lingkungan
Kelautan, laut batipelagis; kisaran kedalaman? - 4580 m, biasanya 1.200-2.000 m

*Iklim / Rentang
Deep - air, 55 ° N - 20 ° S, 180 ° W - 180 ° E

*Distribusi
Tersebar: Dalam tropis menuju perairan hangat. Utara dari sekitar 20 ° S, kecuali Laut Mediterania dan timur Pasifik Tengah. NorthEast Pacific: Queen Charlotte Islands, British Colombia, Kanada ke Meksiko tengah, termasuk Teluk California.

*Ciri Morfologi:
Punggung duri (total): 0; duri punggung lunak (total): 300; duri Anal: 0. Sirip punggung sampai dengan 350 sinar, ekor banyak berkurang, linear, sinar sirip anal 265-270 atau lebih, pectorals kecil. Seragam coklat kehitaman, kecuali rahang, sirip dada, dan perut bagian bawah yang pucat. Kuat seksual dimorfisme.

*Biologi
Meso-dan laut batipelagis. Memakan krustasea. Oviparous, dengan plankton leptocephali. Perubahan degeneratif pada jantan dan betina menunjukkan semelparity.




SUMBER: